（下）SURAT KETUJUHBELAS （第十七封来信）(33)

"Tidak." Aku berkata.
Aku mengulurkan tangan untuk meraih kertas itu, tapi ayahku juga tidak melepaskan tangannya.
Kari sudah mulai mendidih di dalam panci, tapi tidak ada yang peduli.
Aku berteriak, "Inilah yang dituliskan ibuku kepada aku!"
Entah ayahku atau aku yang mengerahkan kekuatan dulu, akhirnya kertas itu pecah belah.
Sebagian kecil dari kertas itu melayang ke arah kompor dan ayahku bergegas mengambilnya. Kertasnya baik-baik saja, tapi ia tidak sengaja membalikkan panci di atas kompor dan kakinya terpercik kari yang panas.

Dia tidak peduli dengan luka bakar pada tubuhnya dan hanya meletakkan potongan-potongan kertas surat di atas meja.
"Dapat disatukan, dapat disatukan, tidak dikotori ......" Dia bergumam gugup, lalu menatap aku, matanya penuh air mata.
Aku menatapnya dengan tatapan kosong, masih belum bisa mengucapkan kata 'baik' itu.
"Venice, Venice, tolong." Ayahku akhirnya meratap.
"Dia menulis begitu banyak surat untuk kamu, tapi kecuali kalimat itu, apa pun tak ditinggalkannya untuk aku."