（下）SURAT KETUJUHBELAS （第十七封来信）(38)

Waktu aku akhirnya menyerah dan akan pulang, ada seseorang meneleponku bahwa ayahku berada di kantor polisi.
Alasannya sangat tidak masuk akal. Dia bertopang dengan seorang anak di kuil dan kemudian berkelahi dengan ayah anak itu.
Hari sudah gelap saat omku dan aku datang menjemputnya. Aku bersandar pada sisi penumpang tanpa mengucapkan sepatah kata pun, hanya ayahku berteriak di dalam mobil, "Kalian tahukah apa dikatakan anak itu? Dia bilang manusia hanya akan membusuk sesudah mati dan sungguh bodoh aku bertanya kepada para biksu tentang kehidupan setelah mati!"

Omku berbisik untuk menghiburnya, "Anak itu tidak tahu apa-apa, jangan repot-repot berdebat dengannya."
Benarkah anak itu tidak tahu apa-apa, pikir aku dalam hati, dia tahu semuanya, meskipun dia masih harus minta permen dalam pelukan ibunya.
Waktu aku masuk rumah, Paman Tankun dan orang lain juga ada di sana, dan ayahku masih berteriak terus-menerus dengan suara nyaring.
Dia melihat tas kemah di pundak aku, sambil mengutuk anak itu, terulur tangannya untuk mengambil tas yang berat itu.