(下)SURAT KETUJUHBELAS (第十七封来信)(37)
Menjelang kelulusan SMA aku, sekolah kami menyelenggarakan kegiatan perkemahan keluarga dan aku bertanya kepada ayahku apakah dia mau pergi juga.
Dia menegakkan badannya dari sofa, berkemah? Dia berkata, bolehkah aku pergi? Aku tak pernah berkemah sebelumnya.
Mengapa tidak, kata aku, asal kita membeli tenda dan beberapa peralatan saja. Dia menghampiri aku dan melihat aku menambahkan barang-barang ke keranjang dengan penuh minat, sambil menyuruh aku untuk membeli lebih banyak mie instan.
Malam sebelum perkemahan, ia segembira seperti anak kecil, sehingga aku bangun di tengah malam untuk ke belakang dan menemukannya masih sedang berjongkok di ruang tamu memeriksa apa yang harus dibawanya. Aku menyuruhnya tidur ke kamarnya dan memperingatkannya untuk tidak terlambat sore keesokan harinya.
Tapi keesokan harinya, aku berdiri di depan sekolah dan ayahku tidak muncul.
Para guru dan siswa lain telah naik bus dan pergi dulu, sedangkan aku tidak bisa menghubungi ayahku, jadi aku terus menelepon, menunggu sendirian dari siang sampai senja.
Dia menegakkan badannya dari sofa, berkemah? Dia berkata, bolehkah aku pergi? Aku tak pernah berkemah sebelumnya.
Mengapa tidak, kata aku, asal kita membeli tenda dan beberapa peralatan saja. Dia menghampiri aku dan melihat aku menambahkan barang-barang ke keranjang dengan penuh minat, sambil menyuruh aku untuk membeli lebih banyak mie instan.
Malam sebelum perkemahan, ia segembira seperti anak kecil, sehingga aku bangun di tengah malam untuk ke belakang dan menemukannya masih sedang berjongkok di ruang tamu memeriksa apa yang harus dibawanya. Aku menyuruhnya tidur ke kamarnya dan memperingatkannya untuk tidak terlambat sore keesokan harinya.
Tapi keesokan harinya, aku berdiri di depan sekolah dan ayahku tidak muncul.
Para guru dan siswa lain telah naik bus dan pergi dulu, sedangkan aku tidak bisa menghubungi ayahku, jadi aku terus menelepon, menunggu sendirian dari siang sampai senja.