(上)SURAT KETUJUHBELAS (第十七封来信)(6)
"Venice mau coba kari juga?"
Aku mengangguk. Ibuku mengambil sendok kecil dan menyuapi aku sedikit.
Setelah mengunyah beberapa kali aku meludahkannya.
"Wortel!" Aku berteriak dan kemudian menatap nanar ke arah sweaterku yang kotor.
Ini adalah salah satu dari sedikit kenangan yang aku miliki saat aku menghabiskan waktu bersama ibuku.
Sayangnya, wajah ibuku sudah kabur dalam kenanganku. Yang aku ingat hanyalah rambut pirang yang diwarnai oleh matahari sore dan ujung jarinya yang agak kasar seringkali menyeka kari dari wajahku. “Dia memiliki lesung pipi di kedua pipinya dan mata melengkung seperti bulan sabit ketika ia tersenyum.” Itulah yang diceritakan oleh Bibi Porsche kepadaku.
Hal ini mengakibatkan aku agak sulit menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru ketika dibangku taman kanak-kanak seperti menggambar ibu dan ayahku.
Malam itu aku selesai menggambarkan ayahku dalam sepuluh menit, dan kemudian menggambarkan ibuku dengan sisa malam itu, juga sambil mendengarkan cerita yang diujarkan Paman Tankun.
Aku menyerahkan gambarku keesokan harinya, guru menunjuk ke pria kecil yang berambut pirang dan mata besar itu dan bertanya, "Apakah ini Venice?"
Aku mengangguk. Ibuku mengambil sendok kecil dan menyuapi aku sedikit.
Setelah mengunyah beberapa kali aku meludahkannya.
"Wortel!" Aku berteriak dan kemudian menatap nanar ke arah sweaterku yang kotor.
Ini adalah salah satu dari sedikit kenangan yang aku miliki saat aku menghabiskan waktu bersama ibuku.
Sayangnya, wajah ibuku sudah kabur dalam kenanganku. Yang aku ingat hanyalah rambut pirang yang diwarnai oleh matahari sore dan ujung jarinya yang agak kasar seringkali menyeka kari dari wajahku. “Dia memiliki lesung pipi di kedua pipinya dan mata melengkung seperti bulan sabit ketika ia tersenyum.” Itulah yang diceritakan oleh Bibi Porsche kepadaku.
Hal ini mengakibatkan aku agak sulit menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru ketika dibangku taman kanak-kanak seperti menggambar ibu dan ayahku.
Malam itu aku selesai menggambarkan ayahku dalam sepuluh menit, dan kemudian menggambarkan ibuku dengan sisa malam itu, juga sambil mendengarkan cerita yang diujarkan Paman Tankun.
Aku menyerahkan gambarku keesokan harinya, guru menunjuk ke pria kecil yang berambut pirang dan mata besar itu dan bertanya, "Apakah ini Venice?"